Kopi Darat Unik: Bergulita Ria di Tepian Sungai Mahakam

Islamic Center. Sumber: Koleksi Pribadi: P. Aryo W.

Malam itu malam Jumat, tapi empat manusia itu memutuskan untuk duduk-duduk di tepi Sungai Mahakam, tepat di seberang Masjid Islamic Center, Samarinda. Di bawah pohon ketapang dengan penerangan seadanya dari temaram cahaya bulan dan lalu lalang kendaraan yang melintas, keempat manusia itu semangat berbagi cerita dan pengalaman. Sambil bergulita ria, mereka dengan semangat berbincang mengenai blog. Yup, kopi darat unik kali ini sangat saya sayangkan untuk tidak dituliskan disini.

Baca pos ini lebih lanjut

Monthly Photo Challenge: Ironi Tepi Sungai

tepi Sungai Karang Mumus

Gambar tersebut saya ambil pada Bulan Maret 2011 dan lama tersimpan dalam arsip file kumpulan foto saya. Lokasinya berada di tepi Sungai Karang Mumus, Samarinda. Entah kenapa saat itu saya begitu tertarik membidikkan lensa kamera yang kebetulan saat itu sedang saya bawa ke arah kumpulan anak-anak yang sedang mandi di sungai tanpa mempedulikan tumpukan sampah yang ada di sekitarnya…

Baca pos ini lebih lanjut

Forget Jakarta…

I’m waiting in line to get to where you are… Hope floats up high along the way

I forget Jakarta…

All the friendly faces in disguise… This time, I’m closing down this fairytale

(Adhitia Sofyan – Forget Jakarta)

Lama sudah saya tak mengingat kejadian ini, tepatnya mungkin sudah lebih dari dua tahun yang lalu saat dibacakan pengumuman penempatan. Satu per satu dari kami, yang saat itu sedang menjalani masa diklat, dipanggil ke depan. Saat saya dan kawan saya dipanggil ke depan, saya pun sudah mengira kemana kami berdua akan ditempatkan. Dan benar saja, apa yang kami bayangkan akhirnya dibacakan… Kalimantan Timur, Kota Samarinda.

Baca pos ini lebih lanjut

Yellow

Look at the stars, Look how they shine for you,
And everything you do, Yeah they were all yellow,

I came along, I wrote a song for you
And all the things you do, And it was called yellow

Lagu Yellow dari Coldplay mengalun dari earphone yang terhubung dengan ponsel saya, mengiringi perjalanan saya menyusuri kembali jalan di Bukit Soeharto kali ini menuju ke Samarinda. Saya sudah tak mampu menghitung berapa kali saya melewati jalan dengan rupa dan lekuk yang sama. Itulah yang membuat saya tak tertarik memandang keluar jendela mobil dan lebih memilih tertidur di sebelah pengemudi mobil travel.

Baca pos ini lebih lanjut